STRATEGI
PENGEMBANGAN INDUSTRI UKIR JEPARA
PERUSAHAAN
MEBEL UMKM
Disusun guna untuk memenuhi tugas Manajemen Strategik
Disusun Oleh kelompok 7:
1.
Ayu Parasti (2014-12-057)
2.
Dwi Mulya Sari (2014-12-255)
AKUNTANSI VB

PROGRAM STUDI AKUNTASNSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
PRAKATA
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah
ini kami membahas mengenai Manajeman Strategis dan Pengambilan Keputusan.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi
dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan
dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini terutama kepada bapak Yasin Yusuf selaku narasumber, dan
tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
manajemen Strategik, yaitu bpk Dr.Drs.
Sukirman,SPd.,SH.,MM yang telah memberikan banyak materi dan pengetahuannya
kepada kami.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita sekalian.
Kudus, 26 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................... i
PRAKATA..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
RINGKASAN................................................................................................. iv
BAB I.
PENDAHULUAN............................................................................. 1
I.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan penulisan................................................................................ 3
1.4 Manfaat penelitian............................................................................. 3
1.5 Metode Penelitian.............................................................................. 3
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 4-5
BAB III.
PEMBAHASAN............................................................................. 6
3.1
Sejarah Kota Jepara,
Mebel Jepara, dan Perkembangannya.......... 6-11
3.2
Visi Misi Kota Jepara.................................................................... 12
3.3
ruang lingkup Ekspor
Mebel Jepara dan data secara umum.......... 13-17
3.4
Peran Pemerintah Jepara
dalam memberikan fasilitas mebel di Jepara .. 17-19
3.5
Profil perusahaan mebel
UMKM”Yusuf Mebel” di Jepara…....... 20
3.6
Sejarah Singkat
Perusahaan Yusuf Mebel……............................. 20
3.7
Visi dan misi
perusahaaan Yusuf Mebel……………………....... 20
3.8
Produk Yang dihasilkan
“Yusuf Mebel……………………........ 21
3.9
Pemilihan Bahan”Yusuf
Mebel..................................................... 21
3.10 Proses Pembuatannya.................................................................... 22
3.11 Stategi perkembangan dan pemasaran Yusuf Mebel..................... 23
3.12 Analisis SWOT “Yusuf Mebel...................................................... 24-25
BAB IV PENUTUP....................................................................................... 26
4.1 KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 26-27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 28
LAMPIRAN................................................................................................... 29-30
Ringkasan
(Abstrak)
Kondisi
industri furniture kayu di Jawa Tengah sangat potensial untuk dikembangkan
mengingat pasar produk furniture kayu yang semakin menarik. Selain itu sumber
bahan bakunya dari hutan rakyat juga banyak digunakan walaupun memiliki tingkat
variasi yang tinggi dalam hal bentuk dan kualitasnya. Kajian kondisi dan
hambatan pengembangan indusri furniture ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran dalam menyusun strategi untuk menjamin kelangsungan industri furniture
tersebut. Pengembangan industri furniture kayu di Jawa Tengah secara teknis
dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku, proses pengolahan, jenis dan kualitas
produk yang dihasilkan, dan pemasaran produknya.Industri furniture kayu di Jawa
Tengah memiliki peranan yang cukup penting bagi industri furniture kayu
nasional, terbukti dengan rataan kontribusi atas nilai ekspor selama 5 tahun
terakhir (1999 - 2003) yaitu sebesar 30,3% dari total nilai ekspor furniture
nasional. Sumbangan nilai ekspor produk industri furniture kayu Jawa Tengah
terhadap total nilai ekspor non migas propinsi Jawa Tengah menduduki urutan
pertama yaitu sebesar 30,1% (Dinas Perindag, 2005).
Sentra industri furniture kayu Jawa Tengah tersebar di beberapa
wilayah, dimana sentra industry furniture kayu terbesar adalah Jepara,
Sukoharjo, Klaten dan Semarang. Wilayah-wilayah tersebut berdekatan dengan
beberapa KPH sebagai penghasil kayu jati. Terdapat kekurangan bahan baku kayu
untuk industri furniture kayu di Jawa Tengah yang semakin tinggi khususnya kayu
jati, adanya kenaikan harga kayu yang mencapai 30% per tahun dan kenaikan harga
terjadi per triwulan, padahal kenaikan harga furniture di pasar internasional
tidak sebanding dengan kenaikan harga bahan baku kayu, malahan cenderung tetap.
Untuk itu perlu diciptakan pasar kayu terbuka. Rata-rata kebutuhan bahan baku
kayu untuk industri furniture di Jawa Tengah adalah sebesar 1.717.000 m3 per
tahun dengan nilai Rp 1.662 milliar yang dipasok oleh Perum Perhutani sebagai
pemasok utama dan penjajagan kerjasama untuk pengadaan bahan baku dari beberapa
propinsi di luar Jawa Tengah seperti dari Jawa Barat, Jawa Timur, Propinsi
Papua, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan sumatera
Selatan. Kebutuhan bahan baku tersebut cenderung meningkat selaras dengan
perkembangan pasar furniture kayu dunia yang masih terbuka. Diperkirakan
rata-rata kebutuhan kayu untuk bahan baku industry furniture kayu per tahun
sebesar 2,122,000 m3 dengan rata-rata rendemen 25%, sehingga akan dihasilkan furniture
kayu sebanyak 530,000 m3 per tahun. Sedangkan hambatan non moneter dalam pengembangan
industri furniture di Jawa Tengah khususnya di Jepara dan Sukoharjo antara lain
adalah (i) permasalahan sumber daya manusia, (ii) permasalahan sosial budaya
dan interaksi sosial, (iii) permasalahan situasi sosial politik dan perdagangan
nasional dan internasional, (iv) permasalahan jaminan dan kepastian hukum, dan
(v) permasalahan permodalan.
Kata
kunci : Furniture kayu, Sentra industri furniture, Pasar Internasional
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Industri furniture kayu di Jawa Tengah menghadapi beberapa kendala
yang sangat serius yaitu kesulitan mendapatkan bahan baku, proses produksi yang
kurang efisien, kualitas produk yang rendah, pasar yang semakin tinggi tingkat
kompetisinya, dan hambatan dalam perdagangan produk kayu (sertifikasi legalitas
kayu dan ekolabeling). Padahal industri furniture kayu tersebut telah terbukti
memberikan sumbangan cukup signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Jawa
Tengah dan memberikan multiplier effects terhadap pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi lokal dan memperluas kesempatan kerja dan berusaha bagi
masyarakat lokal. Perhatian dari pemerintah terhadap industri tersebut
dirasakan oleh para pengusaha masih sangat kurang terutama konsistensi
pemerintah dalam melakukan promosi produk industri kecil dan aktif membuka
jalur pemasaran di tiap perwakilan Indonesia di luar negeri. Padahal jika
dilihat dari besarnya realisasi nilai ekspor nonmigas Jateng tahun 1999 (masa
masih krisis ekonomi) yang besarnya 1,665 milyar US $, sektor industri kecil
terutama industri furniture kayu memberikan sumbangan devisa bagi negara yang
cukup besar bahkan terbesar diantara berbagai industri nonmigas lainnya yaitu
sebesar 453,742 juta US$. Melihat kenyataan yang ada adalah wajar jika
perhatian pemerintah diberikan lebih besar pada usaha ini (Kompas.com, 2004).
Saat ini kondisi industri furniture kayu di Jawa Tengah sangat potensial untuk
dikembangkan mengingat pasar produk furniture kayu yang semakin menarik. Selain
itu sumber bahan baku dari hutan rakyat juga cukup memadai walaupun memiliki
tingkat variasi yang tinggi dalam hal bentuk dan kualitasnya .Hingga saat ini
data dan informasi tentang pengembangan industri furniture kayu di Jawa Tengah relative
masih terbatas, sehingga kajian semacam itu perlu dilakukan dalam upaya
meningkatkan kinerja industri tersebut agar dapat memberikan sumbangan bagi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada Pemerintah Daerah setempat.selain hal
tersebut banyak sekali Negara-negara luar seperti china yang sudah memproduksi mebel
ukir dan membuat harga yang lebih murah dibandingkan harga mebel dan ukir
jepara. Hal ini akan semakin mengancam usaha mebel-mebel lain seperi kota
Jepara dalam hal produksi barang. Agar hal itu itu tidak terjadi maka peran
pemerintah dan masyarakat sekitar sangat membantu agar seni ukir dan mebel yang
ada di Jepara tidak semakin terpuruk nantinya. Kajian Kondisi dan Hambatan
Pengembangan Industri Furniture ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menyusun
strategi pengembangan untuk menjamin kelangsungan industri furniture tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Sejarah
Kota Jepara, Mebel Jepara, dan Perkembangannya?
2.
Apa Visi dan
Misi Kota Jepara?
3.
Bagaimana ruang lingkup
Ekspor Mebel Jepara dan data secara umum ?
4.
Apa saja Peran
Pemerintah Jepara dalam memberikan fasilitas mebel di Jepara ?
5.
Bagaimana
Profil perusahaan mebel UMKM”Yusuf Mebel” di Jepara?
6.
Bagaimana Sejarah
Singkat Perusahaan Yusuf Mebel ?
7.
Bagaimana Visi
dan misi perusahaaan Yusuf Mebel?
8.
Apa saja Produk Yang
dihasilkan “Yusuf Mebel”?
9.
Bagaimana Pemilihan
Bahan”Yusuf Mebel”?
10.
Bagaimana Proses
Pembuatannya?
11.
Bagaimana
Stategi perkembangan dan pemasaran Yusuf Mebel?
12. Bagaimana
Analisis SWOT “Yusuf Mebel”?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk memenuhi
Tugas Manajemen Strategik
2.
Untuk
mengetahui sejarah Perkembangan Ukir Jepara.
3.
Untuk
mengetahui visi dan Misi kota Jepara.
4.
Untuk
mengetahui ruang lingkup Ekspor mebel di Jepara secara umum
5.
Untuk mengetahui
peran pemerintah dalam memberikan fasilitas mebel di Jepara
6.
Untuk
mengetahui profil perusahaan mebel umkm “Yusuf Mebel” di Jepara
7.
Untuk
mengetahui sejarah singkat perusahaan Yusuf Mebel
8.
Untuk
mengetahui Visi misi,produk yang dihasilkan,pemilihan bahan,proses
pembuatan,strategi perkembangan dan analisis SWOT “Yusuf Mebel”
1.4
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi pelaku
rumah industry.
Hasil
penelitian berupa kesimpulan dan saran yang diajukan akan
membantu manajemen perusahaan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan
industri rumah tangga kerajinan ukir mebel Jepara maupun dalam
mengambil keputusan.
2.
Bagi penulis
Penelitian ini akan menambah wawasan serta pengetahuan tentang ilmu
pemasaran pada industri kerajinan ukir, dan semoga dapat digunakan sebagai
bahan perbandingan antara teori yang diperoleh dengan penerapan sesungguhnya
dalam usaha bisnis khususnya di bidang mebel ukir.
3.
Bagi pihak lain
Menambah
wawasan, pengetahuan atau pengalaman mengenai ilmu yang telah dipelajarai dalam
bangku perkuliahan, serta menerapkan dalam kehidupan sebenarnya dalam dunia
bisnis
1.5 Metode Penelitian
Ø Obserbvasi dan wawancara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Industri
Perusahaan dapat bertindak sebagai perantara antara sumber faktor
produksi dan konsumen, meliputi sarana, organisasi dan lembaga-lembaga yang
secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi dan
distribusi barang serta jasa untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Dalam arti
luas, dunia usaha terdiri dari tiga bagian: Pertama, Tempat kerja untuk
menjalankan kegiatan yang produktif seperti: pabrik, pertambangan, hotel dan
lain sebagainya. Kedua, Perusahaan, yang memiliki satu tempat kerja atau
lebih. Ketiga, Industri. (Basu Swasta, 2000). Manullang (2002)
memberikan pengertian tentang Industri adalah: satu sub sistem (salah satu unsur)
dari pada bisnis. Dengan kata lain bisnis terdiri dari sejumlah industri, dan
Industri adalah kumpulan perusahaan yang memproduksi barang yang sama atau yang
hampir sama. Jadi masing-masing jenis industri memproduksi barang yang sama,
misalnya industri furniture adalah semua perusahaan yang memproduksi furniture,
apakah lemari, kursi, meja dan lain sebagainya. Sedangkan dalam konteks mikro
dan organisasi, Kuncoro (2004) memberikan definisi tentang industri adalah
Sekelompok perusahaan yang menghasilkan produk/jasa yang relatif sejenis, atau
mempunyai sifat saling mengganti yang erat. Salah satu penunjang dalam
penelitian ini, digunakan beberapa buku dijadikan acuan sebagai dasar
keilmiahan sebuah tulisan. Diantaranya adalah buku yang ditulis oleh Hadi Priyanto
yang berjudul Wong Cilik Di Panggung Birokasi Lokal. Buku ini menuliskan
perkembangan laju pertumbuhan perekonomian dan pembangunan di kota
Jepara. Buku ini memberikan sedikit pegetahuan tentang perkembangan
perekonomian di kota Jepara. Di dalam buku Wong Cilik Di Panggung
Birokasi Lokal juga berisikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan perekonomian Jepara, yang dapat memberikan ide tehadap
penulis untuk melihat perkembangan sosial ekonomi masyarakat Jepara dan
faktor-faktor penyebab pertumbuhan perekonomian kota Jepara tahun
1995-2000.Buku Jepara Dalam Angka yang diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik kota Jepara. Buku ini mengungkapkan data-data perkembangan ekonomi
dan perkembangan sosial kabupaten Jepara yang ditulis dalam bentuk angka. Dalam
buku ini disajikan tentang perkembangan Jepara dari tahun ke tahun. Buku ini
berguna bagi penulis untuk mengetahui data dan laporan laju perkembangan
ekonomi Kota Jepara dari tahun 1995-2000. Buku Pelangi di Tanah Kartini,
Buku indah ini didedikasikan untuk para pengrajin,pengusaha kecil dan
merekayang telah jatuh bangun untuk mengangkat reputasi mebel Jepara,
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Sejarah Kota
Jepara, Mebel Jepara, dan Perkembangannya.



Menurut seorang
penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru
dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang
baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah
pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama
Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota
niaga.
Sebagai seorang
penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai
Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme
anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke
Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak
berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai RAINHA DE JEPARA
SENORA DE RICA, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa
dan kaya raya .

Pada zaman
dahulu kala hiduplah pengukir dan pelukis bernama Prabangkara atau disebut juga
dengan Joko Sungging, era Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, Jawa Timur.
Raja Brawijaya ingin memiliki lukisan istrinya dalam keadaan tanpa busana. Ini
manifestasi dari rasa cinta raja. Prabangkara mendapatkan tugas untuk melukis
istri raja tanpa busana tetapi kondisi tidak boleh melihat permaisuri dalam
keadaan tanpa busana. Harus melalui imajinasi saja. Prabangkara melaksanakan
tugas-tugas tersebut. Dan selesai tugasnya dengan sempurna. Tiba-tiba seekor
kadal kotoran buang dan tentang lukisan tersebut. Sehingga lukisan permaisuri
seperti memiliki tahi lalat. Raja gembira dengan hasil karya Prabangkara
tersebut. Melihat dengan lukisan detail gambar tersebut. Dan begitu dia melihat
tahi lalat. Raja murka. Dia menuduh Prabangkara melihat langsung permaisuri
tanpa pakaian. Karena mol lokasi persis seperti kenyataan. Raja cemburu dan
menghukum Prabangkara dengan mengikatnya di layang-layang, kemudian
menerbangkannya. Layang-layang itu terbang sampai ke Gunung Belakang di Jepara
dan mendarat di Belakang Gunung itu. Gunung belakang itu kini bernama
mulyoharjo di Jepara. Kemudian Prabangkara mengajarkan ilmu mengukir kepada
warga Jepara dan warga ukiran kemahiran Jepara survive dan berkelanjutan sampai
sekarang.Ada sejarah lain tentang Mebel Jepara ada bukti otentik berupa
artefak peninggalan era Ratu Kalinyamat di Masjid Mantingan. Ukiran Jepara
sudah ada jejaknya di masa Pemerintahan Ratu Kalinyamat (1521-1546) pada tahun
1549. Sang Ratu tua dari anak perempuan bernama Retno Kencono yang besar perannya
untuk pengembangan ukiran seni. Di kerajaan, ada pendeta bernama Sungging
Badarduwung, yang berasal dari Campa (Kamboja) dan dia adalah pemahat yang
baik. Ratu membangun Masjid Mantingan dan Makam makam (kuburan suaminya) dan
meminta kepada Sungging untuk mempercantik bangunan dengan ukiran. Sampai saat
ini, ukiran itu bisa disaksikan di masjid dan Makam Sultan Hadlirin. Terkandung
114 relief pada batu putih. Pada saat itu, Sungging memenuhi permintaan Ratu
Kalinyamat.

Bicara soal
seni ukir jepara, sejarah ukiran jepara terdengar sejak zaman kewalian. yaitu
pada zaman walisongo. yang mengenalkan seni ukir sebenarnya adalah sunan kudus,
pada waktu itu sunan kudus berhenti di jepara dan ada benda pusakanya yang
jatuh yaitu tata. tata adalah alat untuk mengukir ukiran jepara. Dan pada
perkembangannya, ukiran jepara berkembang pesat sampai di kenal penjuru dunia.
ukiran jepara di kenal karena seni yang di hasilkan itu hidup. selain itu seni
ukir jepara juga memilik arti dan memiliki beberapa motif yang menjadi ciri
khas ukiran jepara.
pertama adalah motif
majapahitan, motif ini biasanya di ukir di bagian sandaran kursi dengan gaya
ukiran majapahit. ciri – cirinya adalah di setiap bagian ukiran pasti banyak
ulir.dan di tengah -tengah di mulai dengan ukiran bunga. Ukir jepara motif
majapahit
kedua adalah ukiran
kudusan, motif ini biasanya di ukir pada pintu yang bergaya jati tua. dan
di setiap tiang terdapat ukiran yang menjurus ke motif-motif dimensi karna
kedalaman ukiran, sehingga ukiran lebih tanpak hidup.
Ukir Jepara
Motif Majapahit
ukir jepara
motif kudus
ketiga yaitu ukiran
motif relief, Motif ini termasuk tergolong seni yang bernilai tinggi. relief
jepara sudah terkenal sampai kemana – mana karena kualitas seninya yang bagus
dan terkesan hidup.
Ukiran
Relief Jepara
dengan
perkembangan zaman yang semakin modern membuat seniman jepara harus berfikir
kreatif dan inovatif untuk bersaing dengan seni ukiran daera lain. tetapi pada
dasarnya memang ukiran jepara sudah terkenal dengan seni yang tinggi maka tak
perlu kuatir. Jepara terkenal dengan kota ukir, dan kursi mewah ini adalah
termasuk produk aslih buatan seniman ukir jepara yang berkualitas tinggi. Hal
ini dengan di buktikannya adanya hasil seni dan desain ukiran yang bagus dan
banyak di sukai orang asing maupun lokal.

Pada tahun
1970, Ukir Jepara Furniture dikenal di dalam negeri. Perkembangannya tidak
banyak, cukup untuk membuat para pengrajin Jepara bertahan hidup. Pada tahun
1981, Pemerintah Daerah Jepara’ve mendapat inisiatif untuk mempelajari ekspor
ke Bali. Bali sudah berpengalaman ekspor. Jepara belum pernah ekspor. Jepara
masih tergolong daerah miskin di Jawa Tengah. Tiga tahun kemudian, mulai ada
beberapa perusahaan yang melakukan ekspor.
Ekspor
perkembangan signifikan yang terjadi pada tahun 1992, dimana nilai ekspor
meningkat 6 kali lipat dari 4 juta US $ menjadi 24 juta US $. Keadaan
berkembang terus dan mencapai puncaknya pada tahun 1998 -2000 dimana eksportir
dan importir diuntungkan oleh tukar rupiah yang murah, sementara bahan baku
kayu yang berasal dari dalam negeri. Kemudian ekspor Mebel Jepara mengalami
penurunan.
Yang tidak
tercatat adalah penjualan lokal. Meskipun ekspor mebel Jepara menurun,
pengrajin dan pengusaha Jepara masih bertahan. Kasus ini karena masih ada
penjualan lokal ke Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan.
Para pengrajin
Mebel Jepara semakin berkembang dan berpola pikir kedepan dalam memasarkan
produk mereka dari yang secara offline sampai Toko online kategori furnitur.
Jumlah pengrajin Mebel Jepara yang beredar di Indonesia yang semakin endemik,
bahkan sebagian besar dari mereka tidak hanya memiliki showroom di jepara
maupun pulau Jawa, akan tetapi sampai pulau luar Jawa seperti pulau sumatra,
pulau kalimantan dan pulau sulawesi.
Untuk mengikuti
perkembangan zaman saat ini, internet semakin berevolusi menjadi daya tarik
sendiri bagi para pengrajin Mebel Jepara untuk pasar produk secara online yang
menjadi alternatif bagi penggemar produk-produk mebel asli jepara kota, dengan
tanpa keluar rumah dan mudah barang anda akan dikirim dengan kualitas yang Anda
inginkan dengan harga murah dan terjangkau bagi konsumen.
3.2
Visi dan Misi
Kota Jepara
Visi :
“JEPARA YANG ADIL DALAM KEMAKMURAN DAN MAKMUR
DALAM KEADILAN, DIBAWAH NAUNGAN RAHMAH DAN HIDAYAH TUHAN YANG MAHA ESA”
Misi :
- Mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang adil, bersih, bertanggunjawab, dan bermartabat dengan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam dan APBD bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
- Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui peningkatan nilai tambah sektor-sektor produktif (UMKM, Koperasi, Pertanian, Nelayan, dan Perburuhan) bagi upaya perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja guna memberantas pengangguran dan kemiskinan.
- Peningkatan percepatan capaian pembangunan untuk semua, serta perbaikan kualitas lingkungan; mencakup pembangunan manusia seutuhnya, lewat peningkatan mutu pendidikan, layanan publik, kesehatan, pemberdayaan ibu dan anak, pemuda, olahraga, sanitasi lingkungan, dan penataan kehidupan sosial masyarakat.
- Mewujudkan masyarakat madani Kabupaten Jepara dalam sistem tatanan sosial budaya yang luhur serta berkarakter agar bermartabat.
- Terciptanya nilai budaya unggul (kreatif, produktif, dan inovatif) di dalam pergaulan tata pemerintahan daerah dan lingkungan masyarakat Kabupaten Jepara.
3.3 Ekspor
Mebel Jepara dan data secara umum
Ekspor
Furniture Jati Jepara dari indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
(Kata Asmindo pada tahun 2008) . Statistik UN COMTRADE (2008) memperlihatkan
peningkatan nilai perdagangan mebel kayu dari tahun 2003 sampai tahun 2007.
Sampai tahun 2007 nilai perdagangan yang di peroleh dari mebel jati jepara
adalah sebesar US$ 1.100.910.720. Jumlah ini lebih besar dari nilai perdagangan
mebel tahun 2006 (US$ 2.051.207.049) . Sebagai sentra indutri mebel jati di
indonesia, Kabupaten Jepara Mempunyai Peranan yang sangat penting di dalam
perkonomian nasional . Menurut Roda et al. (2007) industri mebel kayu yang
terdapat di jepara adalah 15.271 industri dan menyerap tenaga sebanyak 176.470
orang . Berdasarkan data BPS kabupaten jepara tahun 2007, total perdagangan
dari toko toko mebel jeparauntuk tahun 2007 mencapai 37.894.523,92 kg perabotan
dengan nilai produksi US$ 94.604.782,15.
Loebis
dan Schmitz (2005) menyatakan bahwa industri mebel jepara adalah salah satu industri yang sanggup
bertahan ketika krisis ekonomi tahun 1007 . Hal ini di ketahui dari pertumbuhan
industri mebel kayu jepara dan peningkatan penyerapan tenaga kerja . Jumlah
industri mebel jati pada tahun 1997 sebanyak 2.439. jumlah industri pada tahun
2007 meningkat menjadi 3.710 (Dinas Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi
Kabupaten Jepara, 2008) . Begitu juga dengan jumlah tenaga kerja pada tahun
1997 sebanyak 38.264 tenag kerja meningkat menjadi 49.192 tenaga kerja pada
tahun 2007 . Hasil penelitian di lakukan oleh Roda et al (2007) memberikan
hasil yang berbeda . Dimana sejumlah industri dan tenaga kerja tahun 2002
adalah sebanyak 12.000 industri dan 140.000 tenaga kerja . Pertumbuhan industri
mebel kayu pasca krisis ekonomi memberikan kontirbusi bagi pertumbuhan ekonomi
nasional .Melihat kontribusi yang di berikan oleh industri mebel jepara maka
industri mebel harus mendapatkan perhatian tidak hanya pada aspek pasar mebek
kayu jati di jepara tetapi juga aspek pemsarannya . pada aspek pasar mebel
jepara atau kayu jepara yang di perlu di ketahui adalah sluran pemasaran mebel
kayu jati, marjin pemsaran, struktur pasar dan rsio keuntungan terhadap biaya .
dalam kaitanyya dengan pemsaran mebel kayu jepara, hal lain yang perlu di
ketahui adalah preferensi konsumen rumah tangga terhadap mebel kayu jepara .
selain itu, penelitian ini juga akan menganalisisi manajemen pengrajin .Tentang
Furniture Mebel JeparaFurniture Mebel Jepara mempunyai peranan yang penting
terhadap perolehan devisi dan pembangunan ekonomi negara . Perkembangan
industri mebel jati jepara atau kayu jati di dindonesia di mulai pada tahun
1970-an . dengan mengekspor log. Pada awal tahun 1980-an industri
perkayuan berkembang ke arah industri pengrajin . Pada pertengahan tahun 1980an
pemerintah melarang ekspor log dan kayu gergaji yang mendorong tumbuhnya
industri kayu olahan . namun krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998
menyebabkan industri kayu olahan menjadi kurang berkembang . hal ini di
sebabkan oleh kurang tersedianya bahan baku .Sejalan dengan penurunan
ketersediaan bahan baku industri dan meningkatnya biaya tenaga kerja pada
industri berbasis kayu, mebel jati jepara merupakan industri mebel kayu kecil
yang berpeluang untuk di kembangkan yang tidak ahanya di harapkan untuk
memperoleh devisa tetapi juga akan menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional,
karena memiliki nilai tambah yang tinggi, mempunyai keterkaitan yang cukup kuat
dengan sektor lain . menciptakan lapangan kerja, memiliki pertumbuhan pasar yang
baik, dan berdaya saing yang cukup tinggi . berdasarkan data tahun 100-2005
industrimebel jepara memberikan sebesar 17% terhadap pemerintah negara . pada
tahun 2005 ekspor mebel jati jepara mencapai US$ 1,78 milyar (dalam departemen
perhutani) dengan rincian mebel jayu jati memberikan kontribusi sebesar 2,6%
terhadap total pertumbuhan, di mana indonesia berada pada peringkat ke 11
dari 20 besar eksportir furniture jati di dunia . Negara tujuan ekspor mebel
indonesia yang utama adalah amerika 37%, Jepang 12%, Inggris 8% dan belanda 8%,
jerman 7% dan perancis 7% . selain itu, ekspor juga di tunjukkan ke
negara-negara italia, belgia, sepanyol, dan australia .Bisa dikatakan perkembangan mebel Jepara meningkat signifikan dari
tahun ke tahun. Bahkan berita yang lebih menyenangkan bagi para pebisnis mebel
Jepara adalah nilai ekspor mebel Jepara yang tembus mencapai USD 159 juta
(tahun 2015). Ditambah degan data Asosiasi Mebel Dan Kerajinan Indonesia yang
mencatat angka fantastis USD 1,9 miliar sebagai nilai total ekspor mebel
Indonesia. Angka ini merupakan yang tertinggi sepanjang penjualan dan ekspor
mebel Jepara ke pasar luar negri. Hal ini membuktikan bahwa mebel Jepara masih
mempunyai banyak peminat baik di dalam maupun di luar negri, sehingga
perkembangannya sangat signifikan dan menarik dari tahun ke tahun.
Menurut data
yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Jepara,
perkembangan industri mebel banyak mengalami kenaikan dan penurunan secara
signifikan setiap tahunnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenaikan dan
penurunan industri mebel. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tahun
|
Jumlah
Eksportir
|
Jumlah Negara
tujuan
|
Volume
|
Nilai
|
|
USD
|
RP
|
||||
2010
|
282
|
99
|
37.209.331,82
|
111.498.084,22
|
1.013.365.323,62
|
2011
|
268
|
101
|
34.000.761,46
|
111.653.351,51
|
980.234.395,22
|
2012
|
190
|
103
|
29.193.771,77
|
100.329.000,36
|
941.124.768,27
|
2013
|
219
|
110
|
29.042.025,39
|
98.877.259,57
|
1.030.199.653,58
|
Sumber /
Resources : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab.Jepara , 2014
dapat
dijelaskan bahwa industri mebel mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke
tahun. Dimana pada tahun 2010 merupakan angka tertinggi yang memiliki jumlah
eksportir yang berjumlah 282, namun ditahun 2010 hanya memiliki 99 jumlah
negara tujuan eksport. Hal tersebut bisa saja disebabkan karena banyaknya
masyarakat yang tertarik ingin membuka usaha mebel sendiri, namun tidak
memiliki banyak hubungan bisnis dengan banyak negara. Namun dengan negara tujuan
yang terbatas, volume penjualan yang didapat pada tahun 2010 termasuk yang
paling besar penjualannya sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang cukup
besar baik bagi pemeritah maupun bagi pihak eksportir itu sendiri.
Penurunan
jumlah eksportir yang paling banyak adalah pada tahun 2012 dengan jumlah
eksportir 190, hal ini berpengaruh juga pada jumlah pendapatan yang
dihasilkannya. Penurunan seperti ini dapat juga disebabkan karena kinerja
pemasaran yang memburuk dan kurangnya penerapan orientasi pasar dan orientasi
kewirausahaan yang menyebabkan banyaknya eksportir yang mundur karena tidak
bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaannya. Penyebab lain
juga bisa disebabkan tidak stabilnya nilai mata uang dollar terhadap rupiah.
Akibat masalah yang terjadi di negara Amerika, maka terjadi ketidakstabilan
mata uang dollar yang juga mempengaruhi mata uang di Indonesia. Karena
kebanyakan pengusaha mebel di Jepara adalah eksportir, maka turunnya dollar
dapat mempengaruhi pendapatan dari produk mebel tersebut. Walaupun mebel di
Jepara selama beberapa tahun terakhir sempat mengalami krisis akibat melemahnya
dollar terhadap rupiah, namun mebel di Jepara masih dapat mengatasi
permasalahan tersebut. Terbukti pada tahun 2013 jumlah eksportir mulai
bertambah, namun volume penjualan masih terbilang stabilnya nilai mata uang
dollar terhadap rupiah. Akibat masalah yang terjadi di negara Amerika, maka
terjadi ketidakstabilan mata uang dollar yang juga mempengaruhi mata uang di Indonesia.
Karena kebanyakan pengusaha mebel di Jepara adalah eksportir, maka turunnya
dollar dapat mempengaruhi pendapatan dari produk mebel tersebut. Walaupun mebel
di Jepara selama beberapa tahun terakhir sempat mengalami krisis akibat
melemahnya dollar terhadap rupiah, namun mebel di Jepara masih dapat mengatasi
permasalahan tersebut. Terbukti pada tahun 2013 jumlah eksportir mulai
bertambah, namun volume penjualan masih terbilang rendah. Padahal semakin
banyak jumlah eksportir dan jumlah negara tujuan seharusnya dapat meningkatkan
volume penjualan.
Objek
penelitian ini dilakukan di Jepara, karena hampir sebagian masyarakat Jepara
merupakan pengusaha mebel. Namun setiap tahun semakin berkurang jumlah
pengusaha mebel. Dari data yang telah didapat tersebut maka dari itu penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari orientasi pasar,
orientasi kewirausahaan dan kinerja pemasaran yang menyebabkan naik turunnya
perkembangan mebel di Jepara dari tahun ke tahun. Karena dilihat dari tabel apabila
jumlah eksportir meningkat maka jumlah negara tujuan dan volume penjualan
mengalami
penurunan, demikian juga sebaliknya.
3.4
Peran Pemerintah Jepara dalam memberikan fasilitas mebel di Jepara
v
Peran Disperindag dalam Fasilitasi Industri
Mebel di Kabupaten Jepara
Pada
tahap implementsi, Diperindag berpedoman pada tugas pokok dan fungsi sebagai
regulator dan fasilitator dalam mengoptimalkan potensi lokal yang ada di
daerahnya, maka dirumuskan misi sebagai berikut:
a. Menyiapkan program, evaluasi dan pengawasan
di bidang industri dan perdagangan.
b.
Meningkatkan kesadaran pelaku usaha perdagangan dalam hal ketepatan penggunaan alat ukur
c. Menciptakan tata niaga yang sehat bagi
kelompok masyarakat industri dan
perdagangan dalam bentuk pemberian pengetahuan dan kemampuan manajemen
melalui pendidikan dan pelatihan.
d. Meningkatkan kemampuan teknik produksi
melalui penggunaan mesin / peralatan tepat guna untuk meningkatkan nilai tambah
masyarakat.
e. Meningkatkan pemasaran hasil produksi yang
mampu bersaing di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional.
f. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
pemanfaatan hasil produksi sebagai upaya perlindungan konsumen.
g.
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual
v Peran
pemerintah daerah Kabupaten Jepara secara konkrit adalah:
a.
Penyediaan bahan baku, antara lain melalui:
1) Pembudidayaan jenis kayu cepat tumbuh
seperti Jati Unggul Nusantara (JUN)
2) Gerakan penanaman pohon seperti Program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), Gerakan Rehabilitasi Hutan
(GERHAN), Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon, one man one tree, dan
sebagainya;
3) Suplementasi penggunaan bahan baku kayu jati
dengan kayu jenis lain/diversifikasi bahan baku dengan kayu mindi, mahoni, dan
sebagainya.
4)
Mendorong pengolahan limbah kayu secara efisien melalui pelatihan pemanfaatan
limbah kayu.
b.
Memfasilitasi permodalan, melalui bantuan modal Koperasi, hibah, maupun bantuan
sarana produksi/peralatan kerja.
c.
Memfasilitasi pemasaran, antara lain melalui:
1)
Branding, seperti “Jepara The World Carving Center” untuk membentuk
brand image Jepara sebagai sentra ukir di dunia
2) Memfasilitasi hak patent katalog desain
mebel.
3)
Memfasilitasi pameran baik tingkat regional, nasional maupun internasional
serta pameran produk unggulan Jepara di kota-kota besar di Indonesia.
d.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, melalui kegiatan-kegiatan pelatihan
pada Dinas/Instansi terkait, seperti: pelatihan pengembangan desain furniture,
pelatihan kewirausahaan, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan
manajemen, pelatihan ekspor, dan sebagainya.
e.
Penguatan infrastruktur, melalui:
1) Penguatan jaringan jalan dan jembatan untuk
akses container
2) Pembentukan dan penguatan sentra industri
3)
Pembentukan dan penguatan Desa Wisata Industri Kreatif di Jepara
b.
Memfasilitasi permodalan, melalui bantuan modal Koperasi, hibah, maupun bantuan
sarana produksi/peralatan kerja.
c.
Memfasilitasi pemasaran, antara lain melalui:
1) Branding, seperti “Jepara The World
Carving Center” untuk membentuk brand image Jepara sebagai sentra ukir di
dunia
2) Memfasilitasi hak patent katalog desain
mebel.
3)
Memfasilitasi pameran baik tingkat regional, nasional maupun internasional
serta pameran produk unggulan Jepara di kota-kota besar di Indonesia.
d.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, melalui kegiatan-kegiatan pelatihan
pada Dinas/Instansi terkait, seperti: pelatihan pengembangan desain furniture,
pelatihan kewirausahaan, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan
manajemen, pelatihan ekspor, dan sebagainya.
e.
Penguatan infrastruktur, melalui:
1) Penguatan jaringan jalan dan jembatan untuk
akses container
2) Pembentukan dan penguatan sentra industri
v
Pembentukan dan penguatan Desa Wisata Industri
Kreatif di Jepara
b.
Memfasilitasi permodalan, melalui bantuan modal Koperasi, hibah, maupun bantuan
sarana produksi/peralatan kerja.
c.
Memfasilitasi pemasaran, antara lain melalui:
1)
Branding, seperti “Jepara The World Carving Center” untuk membentuk
brand image Jepara sebagai sentra ukir di dunia
2)
Memfasilitasi hak patent katalog desain mebel.
3)
Memfasilitasi pameran baik tingkat regional, nasional maupun internasional
serta pameran produk unggulan Jepara di kota-kota besar di Indonesia.
d.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, melalui kegiatan-kegiatan pelatihan
pada Dinas/Instansi terkait, seperti: pelatihan pengembangan desain furniture,
pelatihan kewirausahaan, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan
manajemen, pelatihan ekspor, dan sebagainya.
e.
Penguatan infrastruktur, melalui:
1)
Penguatan jaringan jalan dan jembatan untuk akses container
2)
Pembentukan dan penguatan sentra industri
3)
Pembentukan dan penguatan Desa Wisata Industri Kreatif di Jepara
3.4 PROFIL PERUSAHAAN mebel UMKM di Jepara
Nama Usaha :.Yusuf Mebel
Nama Pemilik : Yasin
Yusuf
Alamat :
Ds. Manyargading RT 09/02, kalinyamatan Jepara
Tahun Berdiri : 1996
No.Hp :
081327913868
Jumlah Karyawan : 9 orang
Omset perbulan : _+ 15.0000.000
3.5 Visi dan
misi perusahaaan Yusuf Mebel
Visi
- Menjadi perusahaan Furniture Yang Profesional
Misi :
- Perusahaan menerapkan sistem management yang efektiv dan efisien, untuk menjaga kualitas dan pelayanan terhadap konsumen
- Mengoptimalkan Factor-factor produksi untuk pertumbuhan profit yang optimal demi kesejahteraan perusahaan dan karyawan
- Memberikan kepada konsumen berupa kepercayaan, kejujuran,tanggung jawab
3.6 Sejarah Singkat Perusahaan Yusuf Mebel
Perusahaan Yusuf Mebel adalah
sebuah perusahaan yang bergerak dibidang furniture. Perusahaan tersebut
dimiliki oleh bpk Yasin Yusuf. Awal mula berdirinya perusahaan tersebut
dikarenakan dulunya bpk Yusuf mengalami kebangkrutan dibidang konveksi. Usaha
yang pernah dijalankan beliau yaitu konveksi yang berjalan Cuma 2 tahun mulai
tahun 1994. Kemudian mengalami bangkrut
dan beralih dibidang furniture. Beliau mendirikan usaha furniture ini
mulai tahun 1996 dengan jumlah karyawan 2 orang saja. Beliau beralih ke usaha
furniture dengan alasan skill yang dimilikinya dibidang perancangan desain
gambar. Kemudian bpk.Yusuf bertekad untuk mendirikan usaha kecil-kecilan yang
mulanya Cuma 2 karyawan dan sekarang sudah mempunyai karyawan kurang lebih
sekitar 9 orang. Dan tetap eksis dibidang furniture sampai sekarang walaupun
banyak sekali tantangan dan hambatan terutama persaingan yang semakin ketat di
bidang usaha furniture.
3.7 Produk Yang dihasilkan
Banyak sekali produk mebel dan ukir yang telah dihasilkan oleh perusahaan
bpk Yusuf ini, terdapat 3 kategori produk yang dihasilkan.adapun kategorinya:
1. Kategori Antik Kuno seperti: Joglo kuno, Rumah Adat, Sketsel, dll.
2. Kategori Minimalis, dimana kategori ini pembuatan tidak disertakan pahatan
ukir atau disebut polosan seperti : tempat belajar minimalis, kursi dan meja
tamu minimalis,dll.
3. Kategori Ukir, dimana proses produksi pembuatan disertakan pahatan ukir,
seperti: sofa Ukir,almari Ukir,meja dan kursi tamu ukir,dll.
3.8 Pemilihan Bahan
Perusahaan Yusuf Mebel ini lebih mengutamakan menggunakan bahan kayu Jati
sebagai produksinya, dengan alasan kayu jati lebih awet dan tahan lama, serat
bagus, produk dari kayu jati lebih diminati konsumen. Bahan yang digunakan
sendiri didapatkan dari kota Jepara Sendiri ataupun Luar Jepara seperti
Purwodadi. Yusuf mebel mempunyai beberapa criteria dalam pemilihan bahan yang
berkualitas yaitu kayu jati dalam proses produksinya. Adapun kriterianya:
Ø Kayu memiliki warna yang cerah, segar dan
menonjol, berbeda jika kayu tersebut terlihat agak mempunyai warna yang gelap
dan bentuknya sudah mulai berubah. Kayu jenis itulah yang perlu dihindari. Tingkat kelembaban dari sebuah kayu juga
patut diperhitungkan. Semakin tingkat kelembaban dari sebuah kayu tinggi, maka
kayu tersebut akan mudah sekali untuk rapuh. Biasanya solusi untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan mejemurnya hingga tingkat kelembaban kembali normal.
Yang terakhir untuk memilih kayu yang baik yaitu dapat terdeteksi dari bau yang
dihasilkan. Tentunya bau kayu tersebut masih sangat khas dan sedikit menyengat.
Jenis kayu ini dapat dipastikan merupakan kayu yang baru di oleh dan belum
tersimpan lama di gudang.
Ø Memilih kayu yang mempunyai bentuk padat dan tidak bolong, karna
kayu yang semacam itu akan mengurangi nilai harga dari produksi itu sendiri.
Ø Memilih urat kayu yang benar-benar bagus agar hasil finishing nanti
juga bagus.
Bahan kayu jati
sekarang mulai sulit didapatkan dan harganyapun mencapai nilai yang fantastic.
3.9 Proses Pembuatan

Setelah ditebang, kayu bulat dikuliti dan
dipotong menjadi papan di kilang gergaji, kemudian kayu ditumpuk dan diantar
perajin – perajin mebel. Bahan-bahan lain, dari panel sampai lem, bahan
finishing, perkakas, kemasan, dan bahan lain tak langsung dibuat setempat,
namun akan dipersiapkan setelah barang mulai hampir jadi.

Setelah diterima oleh perajin meubel, papan
ditempatkan di kamar hampa atau di oven biar kekeringan maksimal. Campuran
bahan kimia seperti lentreks encer digunakan untuk menghindari kayu dimakan
kutu, sehingga produk mebel akan awet.

Setelah papan siap langkah selanjutnya adalah
pemotonga kecil sesuai desain yang hendak dibuat, kemudian pekerjaan dibagi
pada ahlinya, ada tugas yang mengukir, tugas merakit,tugas mengamplas, dan
tugas merapihkan. sudahada bagian-bagiannya sendiri.

Setelah barang melalui quality control dan
dinyatakan siap untuk difinishing, maka tugas selanjutnya diberikan kepada
tukang finishing. Beberapa langkah ulangan diperlukan dalam pengampelasan,
kemudian baru untuk semprotan pertama yaitu sanding. Setelah sanding masih ada
tahapan pengamplasan kedua, baru setelah itu di semprot dengan warna finishing,
bisa dengan warna natural, salak, dark,brown dan lain sebagainya. Baru setelah
warna disemprotkan, masih ada lagi pengampelasan yang terakhir. dan diakhiri
dengan semprot melamic, bisa doff atau gloss. Langkah ini merupakan langkah
dalam proses pembuatan yang amat penting karena disinilah proses suatu barang
akan dinilai baik dan bagus kwalitasnya. Yusuf Mebel mengerjakan finishing
dengan hati-hati agar produk yang dihasilkannya bagus dan mempunyai nilai jual
yang tinggi nantinya.
setelah semuanya selesai, langkah terakhir
adalah packing untuk di distribusikan ke konsumen.
3.10
Stategi perkembangan dan pemasaran Yusuf Mebel
1. Yusuf
Mebel mengutamakan menggunakan Bahan yang berkualitas seperti kayu Jati dalam
proses produksinya.
2. Yusuf
Mebel selalu mengikuti perkembangan seni dan model ukiran sesuai dengan
banyaknya permintaan konsumen.
3. Mengikuti
seminar dan pameran yang diadakan pemerintah Jepara.
4. Yusuf
Mebel menggunakan strategi pemasaran dengan memanfaatkan situs online, seperti
OLX, JUALO, dll.
5. Yusuf
Mebel selalu berinovasi dan berkreasi menciptakan seni ukir yang beda dari
usaha mebel lainnya.
6. Melakukan
penjualan ke luar kota seperti Jakarta, Bali, Bandung, dll, dengan cara
memasukkan barang-barang produksinya ke shorum-shorum mebel terkenal dikota
tersebut.
7. Melayani
pembeli dengan ramah.
8. Melakukan
system barang tidak cocok sesuai pesanan ,uang akan kembali.
3.11 Analisis
SWOT “Yusuf Mebel”
·
Kelebihan
1. Bahan
yang digunakan berkualitas yaitu kayu jati.
2. Proses
finishing yang lebih baik dan berkualitas.
3. Pelayanan
yang baik kepada konsumen.
4. Selalu
menciptakan inovasi dan kreasi terbaru dalam hal furniture.
5. Apabila
konsumen tidak puas dengan hasil produknya, maka uang konsumen akan
dikembalikan sepenuhnya.
6. Sudah
menggunakan strategi pemasaran lewat media social.
·
Kelemahan
1. Belum mempunyai
akses pengeksporan ke luar Negara.
2. Berkurangnya
domestic asing yang berkunjung ke Jepara, akibat sedikit banyaknya warga yang
meminta pajak kepada para domestic asing.
3. Banyaknya
pesaing yang membuat produk ukir mebel di Jepara Khususnya
·
Peluang
1. Dengan
jaminan uang akan kembali jika tidak puas, konsumen akan lebih merasa percaya
akan kinerjanya.
2. Konsumen
akan lebih puas karena produknya tidak hanya satu kategori model seni mebel
saja yang ditawarkan, tetapi Yusuf mebel mempunyai 3 kategori produk yang
dihasilkan.
·
Ancaman
1. Banyaknya
produk asing yang lebih murah dibandingkan seni produk local dan Banyaknya
pesaing yang membuat produk ukir mebel di Jepara Khususnya
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Nilai ekspor mebel Jepara tembus mencapai USD 159 juta (tahun 2015).
Ditambah degan data Asosiasi Mebel Dan Kerajinan Indonesia yang mencatat angka
fantastis USD 1,9 miliar sebagai nilai total ekspor mebel Indonesia. Angka ini
merupakan yang tertinggi sepanjang penjualan dan ekspor mebel Jepara ke pasar
luar negri. Hal ini membuktikan bahwa mebel Jepara masih mempunyai banyak
peminat baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini tidak terlepas dari peran
pemerintah yang sangat membantu masyarat Jepara dalam mengembangkan produk yang
mempunyai nilai seni tinggi tersebut. Tetapi dibalik hal itu masih ada
masyarakat Jepara yang mempunyai hambatan dalam berkarya, misalkan saja usaha
mebel UMKM milik bpk Yasin Yusuf”Yusuf Mebel” yang mempunyai hambatan dalam
proses ekspor barang ke luar negeri. Akibat belum mempunyai akses yang
memadai. Selain hambatan ekspor, nilai
tukar rupiah akan berpengaruh juga ke proses ekspor mebel seperti yang ada di Jepara. Karena usaha
furniture juga memberikan pendapatan devisa bagi daerah maupun Negara.
4.2 SARAN
1.
Bagi pemerintah
Pemerintah
membuat peraturan yang mempermudah pengusaha Mebel dalam hal pengekspor Barang,
bukan hanya Usaha Mebel besar tetapi juga usaha UMKM yang ada di Jepara
Khususnya. Dan membuat peraturan bagi masyarakat untuk tidak menarik pajak yang
tidak semestinya kepada domestic asing karena akan berpengaruh juga ke devisa
pendapatan daerah.
2.
Bagi usaha
Yusuf Mebel


DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
![]() |

![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar